MAKALAH
AYAT DAN HADITS
“KERJA”
Disusun
Oleh :
1. Khomsatul
Fasikhatul Inayah (2014002005)
2. Rofian
Aisyah Putri (2014002020)
S1 Ekonomi Islam
STIE
MUHAMMADIYAH
PEKALONGAN
2014/2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setiap manusia diwajibkan untuk
melakukan usaha dan berperilaku baik.Usaha yang dilakukan haruslah
sungguh-sungguh dengan niat ikhlas. Tidak boleh setengah - setengah karena
hasilnya tidak akan maksimal. Dalam Islam juga diwajibkan untuk berikhtiar dan
tidak hanya pasrah. Allah akan memberikan karunia terhadap setiap usaha yang
dikerjakan dan juga disertai dengan doa.
Rasulullah SAW bersabda: “bekerjalah
untuk duniamu seakan-akan kamu hidup selamanya, dan beribadahlah untuk
akhiratmu seakan-akan kamu mati besok.” Dalam ungkapan lain dikatakan juga,
“Tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah, Memikul kayu
lebih mulia dari pada mengemis, Mukmin yang kuat lebih baik dari pada muslim
yang lemah. Allah swt menyukai mukmin yang kuat bekerja.” Nyatanya kita
kebanyakan bersikap dan bertingkah laku justru berlawanan dengan ungkapan - ungkapan
tadi.
Dalam zaman yang modern ini, kita
dituntut untuk selalu berusaha, tidak hanya rajin, tapi lebih dari itu, asalkan
tidak melanggar dan melampaui batas – batas dalam Islam.
Untuk
itu, disini kami akan memaparkan mengenai etos kerja secara lebih rinci.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa
pengertian kerja / etos kerja?
2. Bagaimana
kerja dalam islam?
3. Bagaimana
jihad dalam islam?
4. Apa
surat yang membahas tentang kerja?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.PENGERTIAN KERJA/ETOS KERJA
Etos berarti
pandangan hidup yang khas dari suatu golongan sosial. Kata kerja berarti usaha,amal, dan apa yang harus dilakukan
(diperbuat).Etos berasal dari bahasa Yunani (etos) yang memberikan arti sikap,
kepribadian, watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak
saja dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat .
Dalam kamus besar bahasa Indonesia etos kerja adalah semangat kerja yang
menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau suatu kelompok. Kerja dalam arti
pengertian luas adalah semua bentuk usaha yang dilakukan manusia, baik dalam
hal materi, intelektual dan fisik, maupun hal-hal yang berkaitan dengan
keduniaan maupun keakhiratan. (Dr.Abdul Aziz.Al Khayyath,1994 : 13).
Berdasarkan pengertian tersebut dapat dipahamkan bahwa semua usaha manusia baik
yang dilakukan oleh akal, perasaan, maupun perbuatan adalah termasuk ke dalam
kerja.
2.2.KERJA DALAM ISLAM
2.2.1.Prinsip Dasar Etos Kerja dalam Islam
1. Bekerja secara halal (thalaba ad-dunya
halalan) baik dari jenis pekerjaan maupun cara menjalankannya. Dicontohkan
orang yang berprofesi sebagai pedagang ikan di pasar. Namun jika pedagang
tersebut melakukan hal-hal yang tidak baik (membahayakan orang lain) misalkan
menjual ikan berformalin, maka dapat dikatakan profesi yang semula halal
menjadi haram (‘haram lighairihi’). Berbeda dengan orang yang berprofesi
menjadi PSK. Mau dengan alasan apapun tetap profesi PSK adalah haram (‘haram
lidzatihi’)
2. Bekerja agar tidak menjadi beban hidup
orang lain (ta’affufan an al-mas’alah). Sebagai orang beriman dilarang menjadi
beban orang lain (benalu). Rasulullah pernah menegur seorang sahabat yang muda
dan kuat tetapi pekerjaannya mengemis. Beliau kemudian bersabda, “Sungguh orang yang mau membawa tali atau
kapak kemudian mengambil kayu bakar dan memikulnya diatas punggung lebih baik
dari orang yang mengemis kepada orang kaya, diberi atau ditolak” (HR
Bukhari dan Muslim).
3. Bekerja guna memenuhi kebutuhan keluarga
(sa’yan ala iyalihi). Karena memenuhi kebutuhan keluarga hukumnya fardlu ain,
tidak dapat diwakilkan, dan melaksanakannya juga termasuk dalam jihad. Hadis
Rasulullah menyebutkan “Tidaklah
seseorang memperoleh hasil terbaik melebihi yang dihasilkan tangannya. Dan
tidaklah sesuatu yang dinafkahkan seseorang kepada diri, keluarga, anak, dan
pembantunya kecuali dihitung sebagai sedekah” (HR Ibnu Majah).
4. Bekerja guna meringankan beban hidup
tetangga (ta’aththufan ala jarihi). Islam mendorong kerja keras untuk kebutuhan
diri dan keluarga, tetapi Islam melarang kaum beriman bersikap egois. Islam
menganjurkan solidaritas sosial, dan mengecam keras sikap tutup mata dan
telinga dari segala penderitaan di lingkungan sekitar.
Terdapat pada Al-Qur’an :
“Hendaklah
kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian harta yang
Allah telah menjadikanmu berkuasa atasnya.” (Qs Al-Hadid: 7).
Allah bahkan menyebut orang yang rajin
beribadah tetapi mengabaikan nasib kaum miskin dan yatim sebagai
pendusta-pendusta agama (Qs Al-Ma’un: 1-3)
2.2.2.Bekerja sesuai dengan etika islam
·
Melandasi setiap kegiatan kerja
semata-mata ikhlas karena Allah serta untuk memperoleh rida-Nya. Pekerjaan yang
halal bila dilandasi dengan niat ikhlas karena Allah tentu akan mendapatkan
pahala ibadah.
Rasulullah
saw bersabda , yang artinya : Allah swt
tidak akan menerima amalan, melainkan amalan yang ikhlas dan yang karena untuk
mencari keridaan-Nya(H.R.Ibnu Majah )
·
Mencintai pekerjaannya. Karena
pekerja yang mencinta pekerjaanya, biasanya dalam bekerja akan tenang, senang,
bijaksana, dan akan meraih hasil kerja yang optimal.
Rasulullah
saw bersabda, yang artinya Sesungguhnya
Allah cinta kepada seseorang di antara kamu yang apabila mengerjakan sesuatu
pekerjaan maka ia rapihkan pekerjaan itu.
·
Mengawali setiap kegiatan
kerjanya dengan ucapan basmalah.
Nabi
saw bersabda yang artinya :Setiap urusan
yang baik (bermanfaat, yang tidfak dimulai dengan ucapan basmalah
(bismillahirrahmanirrahim,maka terputus berkahnya.(H.R.Abdul Qahir dari Abu
Hurairah)
·
Melaksanakan setiap kegiatan
kerjanya dengan cara yang halal.
Nabi
saw bersabda, yang artinya :Sesungguhnya
Allah adalah Dzat yang baik,mencintai yang baik (halal), dan tidak menerima
(sesuatu) kecuali yang baik, dan sesungguhnya Allah memerintahkan kepada
orang-orang mukmin sesuatu yang diperintahkan kepada para utusan-Nya (H.R.Muslim
dan Tirmidzi)
·
Tidak (Haram) melakukan
kegiatan kerja yang bersifat mendurhakai Allah. Misalnya bekerja sebagai germo,
pencatat riba (renten), dan pelayan bar.Artinya :“Tidak ada ketaatan terhadap makhluk untuk mendurhakai sang
pencipta”.(H.R.Ahmad bin Hambai dalam musnadnya, dan hakim dalan Al-Mustadrokanya,
kategori hadis shahih)
·
Tidak membebani diri, alat-alat
produksi, dan hewan pekerja dengan pekerjaan-pekerjaan di luar batas kemampuan.
·
Memiliki sifat-sifat terpuji
seperti jujur, dapat dipercaya, suka tolong menolong dalam kebaikan, dan
professional dalam kerjanya
·
Bersabar apabila menghadapi
hambatan-hambatan dalam kerjanya.Sebaliknya, bersyukur apabila memperoleh
keberhasilan.
·
Menjaga keseimbangan antara
kerja yang manfaatnya untuk kehidupan di dunia dan yang manfaatnya untuk
kehidupan di akhirat. Seseorang yang sibuk bekerja sehingga meninggalkan shalat
lima waktu, tidak sesuai dengan Islam.
Rasulullah
saw bersabda yang artinya,”Kerjakanlah
untuk kepentingan duniamu seolah-olah kamu akan hidup selama-lamanya, tetapi
kerjakanlah untuk kepentingan akhiratmu seolah-olah kamu akan mati besok.”(H.R.Ibnu
Asakin)
2.2.3.Sikap kerja keras
Bekerja
adalah bagian pokok dari hidup, hidup untuk bekerja dan bekerja untuk hidup,
bekerja secara umum adalah semua aktifitas manusia untuk memperoleh/mencapai
sesuatu.Allah swt.menciptakan alam ini untuk manusia, dan diantara tugas
manusia adalah untuk menjadi khalifah.
Khalifah mengandung arti : pemimpin, mengolah,
pemanfaat dan pelestari alam, fungsi manusia untuk mengolah dan melestarikan
alam inilah yang mengharuskan untuk bekerja keras, sebab sebagian potensi alam
baru dapat dimanfaatkan secara optimal bila telah diolah oleh manusia
(dikerjakan).
Kerja keras adalah usaha maksimal untuk memenuhi keperluan hidup di dunia
dan di akhirat disertai sikap optimis.Setiap orang wajib berikhtiar maksimal
untuk memenuhi kebutuhan hidup di dunia dan akhirat.Kebutuhan hidup manusia
baik jasmani maupun rohani harus terpenuhi. Kebutuhan jasmani antara lain
makan, pakaian dan tempa tinggal sedangkan kebutuhan rohani diantaranya ilmu
pengetahuan dan nasehat. Kebutuhan itu akan diperoleh dengan syarat apabila
manusia mau bekerja keras dan berdo’a maka Allah pasti akan memberikan nikmat
dan rizki-Nya.
Bekerja atau berikhtiar merupakan kewajiban semua manusia.Karena
itu untuk mencapai tujuan hidup manusia harus bekerja keras terlebih dahulu.
Dalam lingkup belajar, kerja keras sangat diperlukan sebab belajar merupakan
proses ang membutuhkan waktu. Orang akan sukses apabila ia giat belajar, tidak
bermalas-malasan.
Intinya adalah semua manusia wajib berkerja keras. Nabi Daud
adalah pandai besi, Nabi Zakariya adalah tukang kayu, Nabi Muhammad SAW adalah
pengembala hingga akhirnya ia jadi pedangang yang berhasil.
Dalam hadis disebutkan
:
اِعْـمَـلْ لِـدُنْـيَاكَ
كَأَنَّكَ تَعِـيْشُ اَبَـدًا وَاعْـمَـلْ لِاخِـرَتِكَ كَأَنَّكَ تَـمُوْتُ
غَـدًا رواه الـبيهقى
Artinya : “Bekerjalah
untuk duniamu seolah - olah kamu akan hidup selama-lamanya dan bekerjalah untuk
akhiratmu seolah-olah kamu akan mati besok pagi”.(QS. HR. Al Baihaqi)
2.2.4.Produktivitas Kerja
Produksi
dalam Islam harus dikendalikan oleh kriteria objektif maupun subjektif.Kriteria
objektif tercermin dalam bentuk kesejahteraan yang dapat diukur dari segi uang.
Sedangkan kriteria subjektif dalam bentuk kesejahteraan yang dapat diukur dari
segi etika ekonomi yang didasarkan atas perintah-perintah al-Qur`an dan
as-Sunnah.
Ekonomi
Islam memahami produksi itu sebagai sesuatu yang mubah dan jelas berdasarkan
as-Sunnah. Sebab, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah
membuat mimbar. Dari Sahal berkata, “Rasulullah telah mengutus kepada seorang
wanita, (kata beliau): ‘Perintahkan anakmu si tukang kayu itu untuk membuatkan
sandaran tempat dudukku, sehingga aku bisa duduk di atasnya.” (Riwayat Imam
Bukhari).Pada masa Rasulullah SAW, orang-orang biasa memproduksi barang, dan
beliau pun mendiamkan aktivitas mereka.Sehingga diamnya beliau menunjukkan
adanya pengakuan (taqrir) terhadap aktivitas berproduksi mereka.
Ada
3 prinsip sebagai konsep Islam dalam membina manusia menjadi muslim produktif,
duniawi dan ukhrawi
Yang
pertama,
mengubah paradigma hidup dan ibadah. Dalam Islam, hidup bukanlah sekedar menuju
kematian, karena mati hanyalah perpindahan tempat, dari dunia ke alam baqa.
Sedang hidup yang sesungguhnya adalah hidup menuju kepada kehidupan yang abadi
yakni, akhirat.
Yang
kedua,
memelihara kunci produktifitas, yaitu hati.Hati merupakan ruh bagi semua
potensi yang kita miliki. Pikiran dan tenaga tidak akan tercurahkan serta
tersalurkan dalam suatu bentuk ‘amalan shalihan (pruduktifitas) jika
kondisi hati mati atau rusak. Hati yang terpelihara dan terlindungi akan
memancarkan energi pendorong untuk beramal lebih banyak dan lebih berkualitas
Yang
ketiga,
bergerak dari sekarang. Prinsip bergerak dari sekarang ini menunjukan suatu
etos kerja yang tinggi dan semangat beramal yang menggebu
Dengan
bekerja (beraktifitas), itulah kunci kebahagiaan (bisa menjadi kaya).
Namun demikian, beraktifitas atau bekerja harus sesuai dengan kehendak Allah
SWT, sesuai aturan main yang telah ditetapkan al Qur’an dan Sunnah Rasulullah
SAW. Sebab Allah, Rasul Nya dan orang-orang beriman melihat karya nyata setiap
orang. Artinya, kerja dan hasil yang dikerjakan merupakan manifestasi
(perwujudan) keyakinan seorang muslim bahwa produktifitas bukan hanya untuk
memuliakan dirinya atau untuk menampakkan kemanusiaannya, tetapi juga sebagai
perwujudan amal saleh yang memiliki nilai ibadah yang sangat luhur, dan
bermanfaat bagi orang lain. Sebagaimana hadis yang menyatakan, “Sebaik-baik
kamu adalah yang memberikan manfaat kepada orang lain”. HR. Bukhari.
2.3.JIHAD DALAM ISLAM
Kerja
merupakan suatu usaha atau kegiatan yang dilakukan manusia dengan sungguh – sungguh
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya guna mencukupi kebutuhan sandang, pangan dan papan.
Allah SWT mengajarkan pada umatnyauntuk bekerja secara halal, karena pada dasarnya
bekerja secara halal itu sama halnya dengan jihad, sebagaimana hadits Rasulullah
yang Artinya: “Telah lewat seorang laki – laki dihadap Rasulullah SAW, maka parasahabat
melihat kegagahannya dan giatnya dalam bekerja. Kemudian mereka bertanya:
apakah ini termasuk fisabilillah? Maka Rasulullah SAW bersabdah: sesungguhnya kalau
dia bekerja untuk anaknya yang masih kecil, maka itu termasuk fisabilillah, dan
sesungguhnya jika dia bekerja untuk kedua orang tuanya dan kakeknya maka itu termasuk
fisabilillah, dan jika ia bekerja untuk mencukupi dirinya sendiri, maka itu
fisabilillah, dan jika ia bekerja untuk mencari kemegahan dan kemewaan maka dia
berada di jalans yetan”.
Adapun Islam memandang bahwa bekerja
dengan giat itu merupakan manifestasi dari kekuatan iman seseorang, sebagaimana
firman Allah SWT QS. At-Taubah: 105 yang artinya: “Dan Katakanlah:
Bekerjalahkamu, Maka Allah danrasul - Nyaserta orang - orang mukmin akan melihat
pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan
yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan – Nya kepada kamu apa yang telah kamu
kerjakan”.
Selain
itu dalam suatu hadits dijelaskan tentang sikap keteladanan Rasul yang paling
bersejarah dimana dijelaskan mengenai kebanggaan bekerja dan semangat Rasul
yang berprestasi atas dasar hasil keringatnya sendiri.
Rasulullahbersabda
:
الْوَلِيدُبنمُحَمَّدٍالْمُوَقَّرِيُّ،عَنْثَوْرِبنيَزِيدَ،عَنْخَالِدِبنمَعْدَانَ،عَنِالْمِقْدَامِبنمَعْدِيكَرِبٍ،قَالَ:
سَمِعْتُرَسُولَاللَّهِصَلَّىاللَّهُعَلَيْهِوَسَلَّمَ،يَقُولُ:مَاأَكَلَأَحَدٌمِنْبنيآدَمَطَعَامًاهُوَخَيْرٌلَهُمِنْأَنْيَأْكُلَمِنْعَمِلِيَدَيْهِ،قَالَنَبِيُّاللَّهِ:وَكَانَدَاوُدُعَلَيْهِالسَّلامُيَأْكُلُمِنْعَمِلِيَدَيْهِ
Artinya:
“Tiadaseorang pun yang makan makanan yang lebih baik dari pada makan yang
diperoleh dari hasil keringatnya sendiri. Sesungguhnya Nabi Allah Daud AS itu
pun makan dari hasil karyanya sendiri” (HR. Bukhari)
Islam
memandang bahwa suatu pekerjaan tidak memandang persoalan gender baik laki – laki
atau perempuan semuanya sama tetapi yang membedakannya adalah dasar pengabdiannya
yaitu suatu dorongan keimanannya yang shahih, sebagaimana firman Allah SWT QS
An-Nahl: 97
Artinya:
“Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki –laki mau pun perempuan
dalam keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan
yang baik dan Sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala
yang lebih baik dari apa yang Telah mereka kerjakan”.
Dalam
pandangan Islam, bekerja merupakan suatu tugas yang mulia, yang akan membawa diri
seseorang pada posisi terhormat, bernilai, baik di mata Allah SWT maupun di
mata kaumnya. Oleh sebab itu lah, Islam menegaskan bahwa bekerja merupakan sebuah
kewajiban yang setingkat dengan Ibadah, Orang yang bekerja akan mendapat pahala
sebagaimana orang beribadah. Selain itu manusia di tuntut untuk berusaha dan bekerja
keras serta beramal sholeh didunia ini tetapi tidak meninggalkan kewajiban beribadah
kepada Allah SWT, karena yang dibawa manusia kelak di akhirat hanyalah ketakwaannya,
ketaatan nyadan amal nya kepada Allah SWT bukanlah sebuah kenikmatan yang
diperoleh manusia selama hidupnya di duniaini, dimana Rasulullah SAW bersabda:
“bekerjalah untuk duniamu seakan – akan kamuhidup selamanya, dan beribadahlah
untuk akhiratmu seakan – akan kamu mati besok.”
Dalam
ungkapan lain dikatakan juga, “Tangan di ataslebih baik dari pada tangan di
bawah, Memikul kayu lebih mulia dari pada mengemis, Mukmin yang kuat lebih
baik dari pada muslim yang lemah. Allah menyukai mukmin yang kuat bekerja.”
Dalam
hadits ini dijelaskan bahwa lebih baik bekerja dari pada meminta, sesusah – susahnya
mencari kerja setidaknya seorang muslim haruslah bekerja keras, berusaha untuk mendapatkan
sesuatu yang diinginkannya , dimana sesungguhnya Allah menyukai orang - orang
yang pekerja keras dan Allah tidak menyukai orang - orang yang malas.
2.4.SURAT YANG MEMBAHAS TENTANG KERJA
Al-Qur’an Surah Al-Mujadilah,58:S11
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي
الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا
فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا
الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Artinya
:“Hai orang-orang yang beriman,apabila
dikatakan kepadamu: ‘Berlapang-lapanglah dalam majelis’, maka lapangkanlah,
niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan :
‘Berdirilah kamu’, maka kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”(Q.S.Al-Mujadilah,58:11)
Ayat Al-Quran Surah Al-Mujadilah ayat 11 isinya
antara lain berkaitan dengan adab atau tata krama yang harus diterapkan dalam
majelis-majelis yang baik dan diridai Allah swt. Adab atau tata karma yang
dimaksud yaitu memberikan kelapangan dada kepada orang-orang yang akan
mengunjungi dan berada dalam majelis-majelis tersebut dengan cara, seperti :
mempersilahkan orang lain yang datang
belakangan untuk duduk di samping kita, sekiranya masih kosong, menciptakan
suasana nyaman, mewujudkan rasa persaudaraan, saling menghormati dan saling
menyayangi, serta tidak boleh menyuruh orang lain yang lebih dulu menempati
tempat duduknya untuk pindah ke tempat lain tanpa alasan yang dibenarkan oleh syara’
Mukmin/Mukminah apabila diperintahkan Allah dan
rasul-Nya untuk bangun melaksanakan hal-hal yang baik yang diridai-Nya, seperti
shalat, menuntut ilmu, berjuang di jalan Allah, dan membiasakan diri dengan
akhlak terpuji, maka perintah tersebut hendaknya segera dilaksanakan dengan
niat ikhlas dan sesuai dengan ketentuan syara’
Ilmu pengetahuan mempunyai banyak keutamaan.
Perbuatan ibadah yang tidak dikerjakan sesuai dengan ilmu tentang ibadah
tersebut, tentu tidak akan diterima Allah SWT.
Rasulullah SAW bersabda Artinya : “Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk
menuntut ilmu, niscaya Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.”(H.R.Muslim)
2.
Al-Quran
Surah Al-Jumu’ah: 9-10
يَاأَيُّهَاالَّذِينَآَمَنُواإِذَانُودِيَلِلصَّلَاةِمِنْيَوْمِالْجُمُعَةِفَاسْعَوْاإِلَىذِكْرِاللَّهِوَذَرُواالْبَيْعَذَلِكُمْخَيْرٌلَكُمْإِنْكُنْتُمْتَعْلَمُونَ (۹)
فَإِذَاقُضِيَتِالصَّلَاةُفَانْتَشِرُوافِيالْأَرْضِوَابْتَغُوامِنْفَضْلِاللَّهِوَاذْكُرُوااللَّهَكَثِيرًالَعَلَّكُمْتُفْلِحُونَ(۱۰)
Artinya : “Wahai
orang-orang yang beriman! Apabila telah diseru untuk melaksanakan shalat pada
hari Jumat, maka segeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkan jual beli.Yang
demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.Apabila shalat telah
dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi; carilah karunia Allah dan
ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung.”(Q.S.Al-Jumu’ah 62:9-10)
Mengacu kepada Q.S. Al-Jumu’ah:
9-10, umat Islam diperintah oleh agamanya agar senantiasa berdisiplin dalam
menunaikan ibadah wajib, seperti shalat, dan selalu giat berusaha atau bekerja
sesuai dengan nilai-nilai Islam (etos kerja yang Islami). Termasuk ke dalam
kerja yang Islami antara lain: belajar secara sungguh-sungguh, bekerja keras,
dan berkarya secara produktif sehingga dapat mendorong keadaan kearah yang
lebih maju.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari
paparan diatas bahwa di dalam islam menganjurkan kita untuk bekerja guna untuk
memenuhi kebutuhan dan meringankan beban hidup. Bekerja juga termasuk berjihad
di jalan Allah. Akan tetapi tidak meninggalkan kewajiban beribadah kepada Allah
swt, karena yang kita cari di dunia ini bukan hanya materi tetapi pahala yang
besar, amalan yang kita bawa di akhirat nanti.
DAFTAR PUSTAKA
- http://www.referensimakalah.com/2012/09/pengertian-etos-kerja.html
- http://mujihadin87.blogspot.com/2013/02/makalah-etos-kerja.html
- http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/13/03/21/mjzgo9-empat-prinsip-etos-kerja-islami
- http://islampontren.blogspot.com/2013/03/al-quran-etos-kerja.html